Ketahui Sejarah Lampion Imlek, Filosofi serta Makna Budayanya Sheila Harmony, October 6, 2025 Tradisi sejarah lampion Imlek selalu menarik untuk dibahas karena bukan hanya sekedar perayaan dengan cahaya indah, melainkan juga menyimpan filosofi panjang yang terkait erat dengan budaya Tionghoa. Ketika Anda melihat deretan lampion merah tergantung di jalan, rumah, hingga kelenteng, sebenarnya Anda sedang menyaksikan simbol yang telah bertahan ribuan tahun. Asal Usul Sejarah Lampion Imlek yang Penting Anda Tahu Jika menilik sejarah lampion Imlek, Anda akan menemukan bahwa lampion pertama kali muncul pada masa Dinasti Han sekitar abad ke-2 SM. Saat itu, lampion digunakan sebagai sumber penerangan karena belum ada teknologi listrik. Namun, seiring berjalannya waktu, fungsi lampion bergeser menjadi simbol spiritual dan budaya. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa cahaya lampion mampu mengusir kegelapan serta menolak energi buruk. Di era berikutnya, terutama pada masa Dinasti Tang dan Song, penggunaan lampion semakin populer dalam upacara keagamaan dan festival rakyat. Bahkan, Kaisar memerintahkan rakyatnya untuk menyalakan lampion sebagai bentuk doa bagi kesejahteraan negara. Dari sinilah, lampion tidak lagi sekadar benda penerang, melainkan menjadi representasi doa, harapan, dan simbol peradaban yang diwariskan turun-temurun. Bagaimana Filosofi Warna Merah dalam Lampion Imlek? Tak bisa dilepaskan dari sejarah lampion Imlek, warna merah yang dominan pada lampion memiliki makna mendalam. Bagi masyarakat Tionghoa, merah adalah lambang keberuntungan, kebahagiaan, dan semangat hidup. Konon, warna merah juga diyakini dapat mengusir makhluk jahat bernama “Nian”, sosok dalam legenda yang ditakuti karena selalu datang setiap pergantian tahun untuk menebar teror. Selain merah, kini ada juga lampion berwarna emas, kuning, atau bahkan multicolor. Namun, makna lampion merah tetap lebih kuat dan paling sering digunakan, khususnya saat perayaan Imlek. Filosofi warna inilah yang membuat setiap rumah atau tempat ibadah dihiasi lampion sebagai doa agar tahun baru membawa rezeki melimpah, kesehatan, dan keharmonisan keluarga. Seperti Apa Bentuk dan Ragam Lampion dalam Perayaan Imlek? Dalam perkembangan sejarah lampion Imlek, bentuk dan desain lampion mengalami banyak variasi. Awalnya, bentuknya sederhana: bundar dengan kerangka bambu yang ditutup kain tipis. Kini, ada lampion berbentuk hewan zodiak, naga, bunga, hingga karakter kaligrafi Tionghoa. Misalnya, lampion berbentuk naga sering dipakai dalam pertunjukan barongsai atau pawai besar, melambangkan kekuatan dan kejayaan. Sementara lampion berbentuk bunga melati atau teratai biasanya digunakan di tempat ibadah untuk simbol kemurnian dan harapan spiritual. Kreativitas ini membuat lampion tidak hanya berfungsi sebagai simbol tradisi, tetapi juga karya seni yang mencerminkan keragaman budaya Tionghoa. Perayaan Festival Lampion Setelah Tahun Baru Imlek Hal menarik lain dari sejarah lampion Imlek adalah adanya Festival Lampion yang dirayakan pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek. Festival ini menjadi puncak rangkaian perayaan Imlek, ditandai dengan ribuan lampion yang dinyalakan serentak dan menghiasi langit malam. Dalam festival ini, masyarakat tidak hanya menyalakan lampion, tetapi juga menggelar permainan tebak teka-teki yang digantung di lampion. Tradisi ini disebut “Cai Deng Mi” dan menjadi ajang hiburan serta interaksi sosial. Festival Lampion juga identik dengan makanan khas, seperti tang yuan, yang melambangkan kebersamaan keluarga. Anda bisa membayangkan betapa meriah suasananya, ketika cahaya lampion berpadu dengan keramaian warga yang bersukacita menyambut datangnya musim baru. Makna Lampion dalam Kehidupan Modern yang Penting Diketahui Di masa modern, meskipun teknologi sudah sangat maju, nilai yang diwariskan dari sejarah lampion Imlek tetap terjaga. Lampion tidak lagi hanya ditemukan di kawasan Tiongkok, tetapi juga di berbagai negara lain, termasuk Indonesia. Kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, atau Singkawang selalu memajang lampion merah di jalanan saat perayaan Imlek. Selain itu, lampion juga dijadikan dekorasi di restoran, pusat perbelanjaan, hingga acara kebudayaan. Kehadiran lampion bukan hanya menambah keindahan, tetapi juga menjadi simbol multikulturalisme dan penghargaan terhadap tradisi. Dengan demikian, lampion kini berfungsi ganda: sebagai lambang warisan leluhur dan medium ekspresi seni dalam kehidupan modern. Pesan Filosofis dari Sejarah Lampion Imlek untuk Diketahui Jika Anda mendalami sejarah lampion Imlek, akan tampak jelas bahwa tradisi ini tidak semata-mata tentang perayaan meriah. Lampion mengajarkan nilai kehidupan yang dalam, seperti pentingnya harapan, kebersamaan, dan keberanian mengusir energi negatif. Setiap lampion yang dinyalakan merepresentasikan doa dan optimisme menyambut masa depan yang lebih baik. Pesan filosofis inilah yang membuat lampion tetap relevan, meskipun zaman telah berubah. Lampion tidak hanya menghubungkan manusia dengan leluhur, tetapi juga menjadi pengingat bahwa cahaya kebaikan selalu dibutuhkan untuk melawan kegelapan hidup. Dengan memaknai filosofi ini, Anda bisa lebih memahami mengapa lampion tetap bertahan sebagai tradisi penting. Dari pembahasan mengenai sejarah lampion Imlek, kita dapat melihat bahwa lampion bukan sekadar hiasan indah di langit malam, melainkan simbol doa, harapan, dan kekuatan budaya yang diwariskan sejak ribuan tahun lalu. Lampion menyatukan masa lalu dengan masa kini, menghubungkan generasi demi generasi dalam semangat kebahagiaan dan optimisme. Jadi, ketika Anda menyalakan atau melihat lampion di perayaan Imlek, ingatlah bahwa cahaya kecil itu membawa makna besar tentang kehidupan, tradisi, dan harapan manusia. Sejarah